Namanya Tanya. Kemiskinan membuatnya harus
tinggal di panti asuhan. Ibunya tak lagi mampu menanggung ekonomi
keluarga sepeninggal ayahnya.
Ia pernah menghuni tiga rumah asuh yang berbeda. "Selama waktu itu aku
benar-benar sendirian. Aku tidak punya ibu, ayah dan tidak ada teman,
tidak ada tempat dimana saya bisa berpegang," katanya.
Dalam kesendirian itulah, ia mencari pegangan hidup: Tuhan. "Aku mulai
menghadiri kebaktian di Gereja Pantekosta. Minggu menjadi hari yang
kutunggu," katanya.
Beranjak remaja, ia bertemu seorang Muslim di sekolahnya. "Aku
menjelaskan kepadanya lebih banyak tentang Kristen dan ia menjelaskan
kepada saya tentang Islam," katanya. Namun, sang teman selalu menyangkal
penjelasannya, dengan alasan yang logis.
Tak ingin terpengaruh, ia ke perpustakaan dan meneliti lebih lanjut
tentang Islam, Kristen, dan semua agama, "Pintu-pintu terasa mulai
terbuka bagiku," ia menggambarkan.
Islam, yang kerap dipandang sebelah mata publik Barat, tiba-tiba
memukaunya, setelah membaca beragam literatur. "Islam memberi tuntutan
nyata bagi umatnya," katanya.
Ia bimbang. "Aku tidak bisa makan, aku tidak bisa tidur, aku tidak bisa
berpikir, aku gelisah. Ini tidak masuk akal lagi," katanya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk berdoa pada siapapun Pencipta-nya.
"Tolong jawab aku, beri aku arah dan pijakan. Beri aku pegangan. Aku
hampir hilang," ia mengisahkan doanya saat itu.
Alhamdulillah, katanya, dalam dua hari, ia segera menemukan jawaban.
Saat itu, ia tengah berada di dalam kelas 11 mengikuti pelajaran
matematika. Islam dan Muhammad, dua kata itu yang mengisi hatinya. Ia
terlonjak dan berlari ke luar kelas. "Hatiku hanya diisi dengan
sukacita," katanya.
Ia pergi ke toilet. "Aku tak tahu apa itu wudhu, tapi aku tahu Islam
menganjurkan bersuci. Aku menyiram wajahku, mencoba untuk mendapatkan
suci itu," katanya.
Ia menemui temannya yang Muslim, dan meminta diislamkan. Sang teman mengajaknya ke rumahnya, dan mengenalkan pada orang tuanya.
Mereka tak langsung mengislamkan Tanya. Alih-alih menuntunnya
bersyahadat, mereka malah memberinya pakaian, buku-buku, dan kehangatan
sebuah keluarga. Baru setelah ia menyatakan kemantapan hatinya berislam,
mereka mengantarkan Tanya ke masjid untuk bersyahadat.
"Hidupku telah benar-benar berubah setelah itu," akunya. Kini, ia tak
lelah berbagi tentang bagaimana ia mendapatkan kedamaian batin dengan
banyak orang. "Bukan dengan ke diskotik, minum, atau hura-hura. Tapi
dengan mendekat pada Allah."
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar untuk kritik dan saran